Senin, 08 September 2014

SUKSES MERINTIS RUMAH MAKAN PECEL LELE LELA

Rangga Umara memutuskan berhenti bekerja di kantornya di perusahaan properti Jakarta saat kebutuhan hidupnya mulai meninggi. Gaji di perusahaan properti waktu itu tiga koma. Maksudnya, setelah tanggal tiga, kantong sudah koma. Menurut dia, karyawan apapun tidak menjadikan seseorang kaya. Jadi, memiliki usaha sendiri merupakan satu-satunya jalan untuk menjadi kaya.

Ia lalu pindah haluan. Karena terbawa oleh hobinya yang doyan makan, Rangga mendirikan warung pecel lele. Pecel lele makanan khas Indonesia, mudah dijumpai, namun belum banyak yang berani tampil beda. Selama ini kebanyakan warung lele tampilannya begitu-begitu saja.

Pada 2007, Rangga membuka usaha pecel lele pertamanya di daerah Pondok Kelapa, Jakarta Timur. Modalnya didapat dari hasil menjual jam tangan, handphone, parfum, dan alat penggetar perut yang ada di rumah. Totalnya Rp 3 juta. Ia lantas menggandeng temannya yang pintar meracik bumbu.

Gerai pertamanya menempati bangunan berukuran 2×3 meter. Namanya Lele Lela. Kata ‘lela’ adalah akronim dari ‘lebih laku atau lebih laris’. Rangga punya konsep untuk mewujudkan nama itu. Tempat harus nyaman, orang datang tak sekadar makan, tapi juga menikmati suasana.

Usaha warung lele itu tidak serta merta berkembang. Pada rentang 2007-2008 Rangga mengalami periode yang berat. Ia terlilit utang kepada rentenir. Keuntungannya habis untuk membayar sewa. Enam cabang pertamanya harus ditutup. Keuangan keluarganya makin minus sampai-sampai Rangga bersama istrinya, Siti Umairah, serta anak mereka diusir keluar dari kontrakan karena tidak mampu membayar lagi.

Meski begitu Rangga tetap konsisten. Olehan lele dikembangkannya disertai standar operasi pelayanan yang dibuat unik. Misalnya, setiap pengunjung Lele Lela disambut dengan ucapan ‘selamat pagi’ dalam intonasi yang bersemangat. Setiap pengunjung yang meninggalkan gerai pun mendapat ucapan ‘terima kasih, selamat datang kembali!’

Sekarang, pria kelahiran 1979 itu mempunyai 42 cabang Lele Lela se-Indonesia dengan omset Rp 4,8 milyar per bulan. Mereka menyediakan makan gratis bagi yang sedang berulang tahun dan bagi pengunjung yang bernama Lela.

Kesuksesan Rangga rupanya bermula ketika ia menuliskan obsesi, ambisi, dan impian yang ingin diraihnya dalam sebuah buku yang ia sebut dream book. Tidak hanya menuliskan keinginan, Rangga juga menuliskan usaha untuk mencapainya serta target keuntungan. Lewat dream book itu Rangga mengumpulkan semangat dan menarik energi positif agar impiannya tercapai.

Kini, ayah dua anak tersebut sedang berupaya mewujudkan impian lain, yakni membuka cabang Lele Lela di Mekah.

Minggu, 07 September 2014

MAS MONO, MANTAN OFFICE BOY JADI BOS AYAM BAKAR SUKSES

Urip kaya cakra manggilingan, itu ungkapan para dihalang ketika mengupas filosofi hidup manusia. Artinya hidup ini ibarat roda yang berputar, terkadang diatas terkadang dibawah. Filosofi hidup itulah yang dimaknai secara mendalam oleh Agus Pramono, Bos Ayam bakar Kalasan ( Mas Mono ) yang kini mempunyai tujuh outlet dan tersebar di berbagai wilayah di jakarta dan melayani jasa catering untuk beberapa stasiun TV swasta di Jakarta.

Sempat di tempa kerasnya hidup di ibukota selama lebih dari satu dasawarsa, akhirnya Mas Mono, demikian akrab disapa oleh para pelanggannya, bisa menjadi juragan ayam bakar. Yang dalam sehari bisa menjual 600 ekor ayam ini.

Dengan hanya berbekal ijazah SMA Mas Mono hijrah dari madiun ke jakarta pada tahun 1994, dengan bekerja sebagai salah satu karyawan restoran cepat saji sebagai cook atau juru masak.

Kemudian pada tahun 1997 ia keluar dari restoran cepat saji tersebut, dan memulai usaha pertamanya yaitu Jasa Catering untuk acara – acara tertentu. Kebetulan pada saat itu, Industry properti sangat booming sehingga banyak sekali peluncuran sebuah kompleks perumahan baru ( Pameran) yang membutuhkan jasa catering. Namun perjalanan hidup, tak ubahnya air yang pasang surut. akhir tahun 1997, krisis ekonomi melanda kawasan ASIA, termasuk Indonesia yang berakibat pada minimnya event – event yang diselenggarakan.

Jasa Catering pun mulai lesu sehingga berdampak kepada pendapatan usaha mas mono pada saat itu. Akhirnya, untuk mempertahankan hidup di kerasnya ibu kota, beliau mulai menulis puisi dan vignette untuk dikirimkan ke beberapa media massa, dengan harapan hasil karya tersebut dapat dimuat, dan ia akan mendapatkan imbalan yang layak.. ” Supaya bisa dimuat, puisi maupun vinyet itu saya antar sendiri ke kantor redaksi dari media massa tersebut” kata mas mono mengenang masa-masa susah dalam hidupnya.

Disamping sebagai penulis, ia pun berusaha untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dengan mengirimkan lamaran ke beberapa perusahaan. Tetapi nasib berkata lain, berapa banyak pun lamaran yang dikirimkan, panggilan untuk wawancara tak kunjung datang, walhasil pada pertengahan tahun 1998 melalui rekomendasi seorang teman mas Mono akhirnya diterima di salah satu perusahaan konsultan dengan menjadi office boy.

Namun disamping melakukan pekerjaan sehari – hari sebagai seorang Office Boy, disela sela waktu Ia juga belajar bagaimana untuk mengoperasikan computer. Jiwa seorang pengusaha memang telah tertanam di diri Bapak dua orang anak yang memiliki hobby modifikasi motor ini, setelah mahir mempergunakan komputer ia pun mencoba mencari penghasilan tambahan dengan menerima jasa pengetikan skripsi untuk rekan – rekan mahasiswa. Walaupun ia sudah berusaha keras untuk bekerja layaknya seorang karyawan dan membuka jasa pengetikan, tuntutan untuk mendapatkan kualitas hidup yang layak pun makin tinggi tiap tahunnya, sehingga memaksa mas mono Ia mulai berpikir untuk mencari jalan keluar dengan memulai usaha sendiri.

Masalah lain pun timbul, modal yang minim membuat ia berpikir keras bagaimana caranya membuka usaha dengan modal sedikit tetapi dengan pengembalian yang cepat sehingga ia bisa mendapatkan keuntungan yang nantinya dipergunakan untuk kehidupan sehari hari. Sempat terlintas di benaknya untuk membuka sebuah warung makan, namun dengan hanya modal yang tidak sampai 600 ribu, jelas tidak cukup untuk memiliki warung sederhana, akhirnya dengan dana tersebut ia membeli sebuah gerobak yang dipergunakan untuk berjualan pisang cokelat. Mulailah ia menjajakan pisang cokelat dari satu sekolah ke sekolah dasar lainnya. “ Setiap SD jam istirahatnya berbeda, dan saya selalu berpindah menyesuaikan jam istirahat dari sekolah yang akan dijadikan tempat berjualan “ papar Mas mono.

Ditengah sulitnya bahtera hidup, Ia pun memberanikan diri untuk menyunting Nunung untuk menjadi istri pasangan hidup. Perjalanan hidup pasangan muda di tengah kerasnya kehidupan ibukota inipun dimulai. Satu kamar kontrakkan dengan alas kardus – kardus bekas ( agar terasa empuk ) pun menjadi tempat peristirahatan ia dan istri di malam hari,

Profesi sebagai penjaja pisang cokelat pun ia terus geluti, di samping itu untuk meringankan beban kerja suaminya, Nunung sebagai istri pun mengambil pekerjaan menjadi subkontraktor kardus sepatu, yang bertugas melipat – lipat kardus sepatu, “ saya sampai kasihan melihat istri kecapekan melipat kardus – kardus tersebut “, ungkap Mas Mono. Pada suatu waktu di awal tahun 2000, Mas Mono melihat ada sebuah lahan kosong di depan Universitas Sahid yang tidak terpakai. Mimpinya untuk memiliki warung ayam bakar kaki lima kembali menyeruak. didukung istrinya yang jago memasak mono mulai beralih profesi menjadi penjual ayam bakar. Pertama kali jualan Mas Mono membawa 5 ekor ayam yang ia jadikan 20 potong. “ Pada waktu itu yang laku hanya 12 potong, tetapi saya sudah sangat bersyukur. memiliki lapak saja saya merasa bermimpi “, imbuhnya.

Kombinasi antara makanan yang enak dan kerja keras, sedikit demi sedikit ayam bakar mas mono membuahkan hasil, hari demi hari, minggu berganti minggu, takdir mulai berpihak kepada nya. Situasi ini terlihat dari warung yang semula hanya menghabiskan lima ekor ayam sudah mampu menjual 80 ekor ayam per hari. Tuntutan untuk karyawan pun bertambah, yang semula hanya satu orang menjadi 8 orang.

“Meskipun warung saya hanya kaki lima, namun saya menerapkan standar operasional rumah makan pada umumnya. Karyawan memakai seragam, tidak memelihara kuku panjang, tidak berkumis dan tidak berjenggot,” terang Mas Mono.

Lantaran adanya standar tersebut, Warung Mas Mono menjadi terlihat berbeda dibanding warung kaki lima lainnya, sehingga warung tersebut mengalami pertumbuhan pesat diikuti dengan keuntungan yang berlipat. Meski kondisi ekonomi semakin membaik, sang istri tidak tinggal diam. Sang istri berjualan nasi uduk di dekat sebuah kantor di jalan MT Haryono. warung nasi uduk yang buka antara pukul 06.00 – 10.00 pada saat itu sudah meraup omset 800 ribu perhari. Agaknya jalan terang terus terlihat. salah satu pelanggan tetapnya yang berprofesi sebagai presenter acara “dunia lain” Trans TV, menyarankan agar Mas Mono menawarkan jasa catering ke stasiun televisi tersebut, ternyata tanpa melalui peroses berliku-liku Mas Mono mendapat proyek itu. Tak lama berselang, stasiun TV lain pun turut memesan catering di Mas Mono. Melihat kondisi ini, Ia mulai berpikir untuk mengembangkan usahanya, bermodal dari rekomendasi dari seorang pelanggan, Mas Mono mulai mengembangkan warungnya di tebet Raya No.57, meski tempatnya tidak terlalu luas, dan hanya bermodalkan 2 bangku kecil, pelayanannya membludak sehingga mereka rela makan sambil berdiri dan mengantri untuk membeli Ayam Bakar. Setelah sukses di tebet Mas Mono mengusung nama ayam bakar kalasan mas mono untuk jualannya. sebelumnya, ia tidak memakai merek untuk warungnya.

Untuk menampung pelanggannya mono kembali membuka warung di jalan Tebet Timur Dalam. lagi-lagi warung ini juga dipenuhi oleh pelanggan. Bukan hanya pelanggan lama, tetapi juga pelanggan baru, tetapi juga pelanggan baru sehingga warung ini yang semula diniatkan menampung pelanggan lama, malah bisa memperluas pasar lagi. Kini keseluruhan warung Mas Mono mencapai tujuh. selain yang disebut di atas Mono juga memiliki warung di jalan Panggadegan Selatan Raya, Jalan pulo Nangka Barat II, jalan Inspeksi Saluran E 26 Kalimalang dan kampus ASMI pulo mas.

Namun Mono sendiri mengaku sampai saat ini belum memiliki rumah dan mobil pribadi. Tiga mobil yang ia miliki adalah mobil operasional. sedang rumahnya masih kontrak. Namun sejatinya, dari omset satu bulan saja mono mampu membeli rumah ataupun mobil pribadi sekaligus.”Duitnya mengembangkan usaha Mas,” katanya seraya mengatakan dalam pengembangan usaha ia tidak pernah berhubungan dengan lembaga keuangan.

Sukses di mata mono tidak harus memiliki rumah mentereng atau mobil keren, melainkan apa yang menjadi kebutuhannya terpenuhi. “Mungkin orang lain memiliki pengertian lain tentang sukses adalah ketika seseorang bisa memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya,” ujarnya kalem.

Kunci sukses, kata Mono, adalah penerapan dari kata-kata mutiara yang sering diucapkan oleh banyak orang “Dimana ada kemauan di situ ada jalan. mungkin kata-kata itu sangat sederhana dan mungkin setiap orang sudah tahu tentang itu. tetapi kalau benar-benar di terapkan bisa menuntun hidup seseorang kearah yang lebih baik. saya merasakan sendiri kebenaran kata-kata itu,” Tegas Mas Mono.

SUCCESS SECRETS JOKOWI

Solo - Support for presidential and vice presidential Jokowi- JK continues to flow in a variety of areas including citizens called by Nahdlatul Ulama (NU) se-Ex Surakarta.

After attending the inauguration activities NU Solo in Solo City Hall, Chairman Ahmad Hilmi PCNU Solo Sakdillah representing all members of NU, expressed support for the vice-presidential candidates, Joko Widodo-Jusuf Kalla (JK Jokowi).

Hilmi said his support Jokowi-JK performed because during Jokowi served as Mayor of Solo Solo has managed to turn into a clean city.

With the slogan "Without Serial Corruption" Jokowi able to create a system of government Solo avoid corrupt practices. "In fact, the program can be enjoyed by all citizens Jokowi Solo surrounding areas including NU," he said in Solo, Sunday, June 8, 2014.

Achievement Jokowi in Solo is no doubt. In the context of the presidential election, Fadli Zon, success Prabowo team-Hatta Mata Najwa in a discussion on Metro TV, Wednesday, May 28, 2014, states that fail Jokowi in Solo. For one thing, the original income (PAD) in Solo for leadership be Jokowi continued to decline.

In fact, during the period 2005-2012, Solo PAD continues to rise. BPS Central Java, in 2009 PAD Solo Rp 101 billion and rose to Rp 181 billion in 2011, therefore the Mayor elections Solo, Jokowi sound gets more than 90 percent of the people even without campaigning Solo.

Under his leadership, Solo experiencing rapid change. By applying branding "Solo: The Spirit of Java", Jokowi Solo was able to boost achievement.

But belonging to a phenomenal step Jokowi ever do is relocate the traders in terms of second-hand goods in the Park Banjarsari almost no turbulence to revitalize the function of open green spaces. Jokowi directly communicate regularly and openly (broadcast by local television) to the community, especially to the street vendors. Starting in 2005 when Jokowi, newly sworn in as mayor of Solo, forming a small team wishes to survey residents of Solo. From the results of the survey found that most people want the Solo street vendors who filled the streets and parks in the city center removed.

Jokowi already has a program to make Solo like Singapore, a city that shines with tourist spending. Because of the order, cleanliness and beauty of the city into a major key. However, the survey results make Jokowi face a dilemma. On the one hand he is a new mayor who does not want to provoke a conflict with the street vendors in the early period of his leadership. But on the other hand he can not turn a blind eye to respond to the desire some people who want the Solo street vendors removed from the streets and parks.

Jokowi then decided that the street vendors should be relocated. However, in a strategic way and be careful. Three previous mayor proved unable to do the relocation. The street vendors threatened to burn the mayor's office if they are evicted. In Solo, the threat of fuel not just "bluff". Since it was built, Solo Mayor's office has been burned twice, namely in 1998 and 1999 Culturally, society was famous as a gentle and polite society. But also recognized that the people of Solo highly combustible emotions. As a furniture business for 18 years, Jokowi has experience in lobbying and negotiating business he calls "the lobby dining table". This strategy is then performed as a form of political communication. The target is clear, that the street vendors in the area Banjarsari, elite area in Solo.

There, there were 989 vendors joined 11 community. Then Jokowi invite and encourage eating community coordinators in Loji gandrung, the official residence of the Mayor. But in this first meeting there was no talk of relocation. Jokowi did not mention it. He thinks, it is not time yet delivered.

Eating together as it continued up to 53 meeting, where Jokowi only eat together and pay his homage to the street vendors. Only in the 54th banquet, at which time all the street vendors to be relocated present, Jokowi expressed his intention to relocate them.

When Jokowi reveal it, no matter what the dealer refused. They disagree with the measures taken Jokowi long as they get a new place to trade. Jokowi promised to provide a new location. And later, the merchants will only pay the fees of Rp 2,600 per day in the new place where the atmosphere is better than the street vendors to trade now.

With the levy of that, the government capital of Rp 9.8 billion to build a new location was expected to be back in the period of 9 years. Not only that, Jokowi also be promoting a new trade that for four months in the local media. Jokowi also expand access to markets and create a new urban transportation route. The result, Jokowi successfully market rearranging them Notoharjo Klitikan Market, Market Nusukan, Kembalang Market, Market Sidodadi, Ivory Markets, Langen Bogan night hawker center, as well as the night market Ngarsapura.

When relocation is done, Jokowi hold procession all the way to Market Klitikan with musical accompaniment "kleningan" typical Solo. Jokowi also presents Soldiers of the palace in order to arise a sense of pride in themselves the street vendors. In fact, the street vendors are very legowo when moving to a new location. Even consumption and pageantry equipment they finance themselves. It rarely occurs in other areas that usually are always in contact with violent relocation. A total of 989 street vendors moved without turmoil, even the enthusiasm of the vendors that support government programs with joy. This is an amazing breakthrough.

In one interview with local media, Jokowi stated that the street vendors were willing to move not because they've been invited to eat, but because the street vendors were feeling "humanized" by the leader

Jumat, 05 September 2014

CARA MOCHTAR RIADY. ORANG TERKAYA KE 5 DI INDONESIA, SUKSES LUAR BIASA

Mochtar Riady sudah bercita-cita menjadi seorang bankir di usia 10 tahun. Ketertarikan Mochtar Riady yang dilahirkan di Malang pada tanggal 12 Mei 1929 ini disebabkan karena setiap hari ketika berangkat sekolah, dia selalu melewati sebuah gedung megah yang merupakan kantor dari Nederlandsche Handels Bank (NHB) dan melihat para pegawai bank yang berpakaian perlente dan kelihatan sibuk. Mochtar Riady masih sangat ingin menjadi seorang bankir, namun ayahnya tidak mendukung karena profesi bankir menurut ayahnya hanya untuk orang kaya, sedangkan kondisi keluarga mereka saat itu sangat miskin.

Oleh mertuanya, Mochtar Riady diserahi tanggungjawab untuk mengurus sebuah toko kecil. Dalam tempo tiga tahun Mochtar Riady telah dapat memajukan toko mertuanya tersebut menjadi yang terbesar di kota Jember. Cita-citanya yang sangat ingin menjadi seorang bankir membuatnya untuk memutuskan pergi ke Jakarta pada tahun 1954, walaupun saat itu dia tidak memiliki seorang kenalan pun di sana dan ditentang oleh keluarganya. Mochtar Riady berprinsip bahwa jika sebuah pohon ditanam di dalam pot atau di dalam rumah tidak akan pernah tinggi, namun akan terjadi sebaliknya bila ditanam di sebuah lahan yang luas.

Untuk mencari relasi, Mochtar Riady bekerja di sebuah CV di jalan hayam wuruk selama enam bulan, kemudian ia bekerja pada seorang importer, di waktu bersamaan ia pun bekerjasama dengan temannya untuk berbisnis kapal kecil. Sampai saat itu, Mochtar Riady masih sangat ingin menjadi seorang bankir, di setiap kali bertemu relasinya, ia selalu mengutarakan keinginannya itu. Suatu saat temannya mengabari dia jika ada sebuah bank yang lagi terkena masalah dan menawarinya untuk memperbaikinya, Mochtar Riady tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut walau saat itu dia tidak punya pengalaman sekalipun. Mochtar Riady berhasil meyakinkan Andi Gappa, pemilik Bank Kemakmuran yang bermasalah tersebut sehingga ia pun ditunjuk menjadi direktur di bank tersebut.

Di hari pertama sebagai direktur, Mochtar Riady sangat pusing melihat ''balance sheet'', dia tidak membaca dan memahaminya, namun Mochtar Riady pura-pura mengerti di depan pegawai akunting. Sepanjang malam dia mencoba belajar dan memahami balance sheet tersebut, namun sia-sia, lalu dia meminta tolong temannya yang bekerja di Standard Chartered Bank untuk mengajarinya, tetapi masih saja tidak mengerti.

Akhirnya, dia berterus terang terhadap para pegawainya dan Pak Andi Gappa, tentu saja mereka cukup terkejut mendengarnya. Permintaan Mochtar Riady pun untuk mulai bekerja dari awal disetujuinya, mulai dari bagian kliring, cash, dan checking account. Selama sebulan penuh, Mochtar Riady belajar dan akhirnya ia pun mengerti tentang proses pembukuan, dan setelah membayar seorang guru privat, ia akhirnya mengerti apakah itu akuntansi. Maka mulailah dia menjual kepercayaan, hanya dalam setahun Bank Kemakmuran mengalami banyak perbaikan dan tumbuh pesat.

Setelah cukup besar, pada tahun 1964, Mochtar Riady pindah ke Bank Buana, kemudian pada tahun 1971, dia pindah lagi ke Bank Panin yang merupakan gabungan dari Bank Kemakmuran, Bank Industri Jaya, dan Bank Industri Dagang Indonesia. Kunci Sukses

Mochtar Riady hampir selalu sukses dalam mengembangkan sebuah bank, dia memiliki filosofi tersendiri yang ia sebut sebagai Lie Yi Lian Dje. Lie berarti ramah, Yi memiliki karakter yang baik, Lian adalah kejujuran, sedangkan Dje adalah memiliki rasa malu. Visi dan pandangan Riady yang jauh ke depan sering kali membuat orang kagum, dia dapat dengan cepat membaca situasi pasar dan dengan segera pula menyikapinya.

Salah satu contohnya, ketika dia berhasil menyelamatkan Bank Buana tahun 1966. Saat itu Indonesia sedang mengalami masa krisis karena Indonesia berada pada masa perubahan ekonomi secara makro, ketika itu Riady sedang berkuliah malam di Universitas Indonesia, di situ dia dikenalkan dengan beberapa pakar ekonomi seperti Emil Salim, Ali Wardhana,dkk. Mochtar Riady segera sadar dan segera mengubah arah kebijakan Bank Buana.

Pertama, dia menurunkan suku bunga dari 20 % menjadi 12 %, padahal pada waktu itu semua bank beramai-ramai menaikkan suku bunganya. Karena suku bunga yang rendah tersebut, maka para nasabah yang memiliki kredit yang belum lunas segera membayar kewajibannya.

Sedangkan para usahawan yang akan meminjam diberi syarat ketat khususnya dalam hal jaminan, namun karena bunga yang ditawarkan Bank Buana sangat rendah dibanding yang lain maka banyak debitur yang masuk dan tak ragu untuk memberikan jaminan. Dengan cara itu Bank Buana menjadi sehat, padahal pada waktu itu banyak klien dan bank yang bangkrut. Dengan otomatis, orang mengenal siapa Mochtar Riady.

Sejarah Jaringan Bisnis

Mochtar Riady yang lahir di Malang, Jawa Timur 12 Mei 1929 adalah pendiri Grup Lippo, sebuah grup yang memiliki lebih dari 50 anak perusahaan. Jumlah seluruh karyawannya diperkirakan lebih dari 50 ribu orang. Aktivitas perusahaannya tidak hanya di Indonesia, tetapi juga hadir di kawasan Asia Pasifik, terutama di Hong Kong, Guang Zhou, Fujian, dan Shanghai.

Sejarah Grup Lippo bermula ketika Mochtar Riady yang memiliki nama Tionghoa, Lie Mo Tie membeli sebagian saham di Bank Perniagaan Indonesia milik Haji Hasyim Ning pada 1981. Waktu dibeli, aset bank milik keluarga Hasyim telah merosot menjadi hanya sekitar Rp 16,3 miliar. Mochtar sendiri pada waktu itu tengah menduduki posisi penting di Bank Central Asia, bank yang didirikan oleh keluarga Liem Sioe Liong. Ia bergabung dengan BCA pada 1975 dengan meninggalkan Bank Panin.

Di BCA, Mochtar mendapatkan share sebesar 17,5 persen saham dan menjadi orang kepercayaan Liem Sioe Liong. Aset BCA ketika Mochtar Riady bergabung hanya Rp 12,8 miliar. Mochtar baru keluar dari BCA pada akhir 1990 dan ketika itu aset bank tersebut sudah di atas Rp5 triliun.

Bergabung dengan Hasyim Ning membuat ia bersemangat. Pada 1987, setelah ia bergabung, aset Bank Perniagaan Indonesia melonjak naik lebih dari 1.500 persen menjadi Rp257,73 miliar. Hal ini membuat kagum kalangan perbankan nasional. Ia pun dijuluki sebagai The Magic Man of Bank Marketing.

Dua tahun kemudian, pada 1989, bank ini melakukan merger dengan Bank Umum Asia dan semenjak saat itu lahirlah Lippobank. Inilah cikal bakal Grup Lippo. Saat ini Group Lippo memiliki lima cabang bisnis yakni :

Jasa keuangan: perbankan, reksadana, asuransi, manajemen asset, sekuritas. Properti dan urban development: kota satelit terpadu, perumahan, kondominium, pusat hiburan dan perbelanjaan, perkantoran dan kawasan industri. Pembangunan infrastruktur seperti pembangkit tenaga listrik, produksi gas, distribusi, pembangunan jalan raya, pembangunan sarana air bersih, dan prasarana komunikasi. Bidang industri yang meliputi industri komponen elektronik, komponen otomotif, industri semen, porselen, batu bara dan gas bumi. Melalui Lippo Industries, grup ini juga aktif memproduksi komponen elektonik seperti kulkas dan AC merk Mitsubishi. Sedangkan komponen otomotif perusahaan yang dipimpin Mochtar ini sukses memproduksi kabel persneling. Bidang industri yang meliputi industri komponen elektronik, komponen otomotif, industri semen, porselen, batu bara dan gas bumi. Melalui Lippo Industries, grup ini juga aktif memproduksi komponen elektronik seperti kulkas dan AC merk Mitsubishi. Sedangkan komponen otomotif perusahaan yang dipimpin Mochtar ini sukses memproduksi kabel persneling. Terkenal Dengan

Dia dijuluki sebagai The Magic Man of Bank Marketing. Chairman Group Lippo ini dikenal sebagai seorang praktisi perbankan yang handal. Bahkan patut digelari seorang filsuf bisnis jasa keuangan yang kaya ide dan solusi mengatasi masalah. Seorang konglomerat yang visioner dan sarat dengan filosofi bisnis. Dia pantas menjadi panutan bagi para pengusaha dan pelaku pasar serta siapa saja yang ingin belajar dari pengalaman orang lain.

Dalam RUPS PT Bank Lippo Tbk (LippoBank), Jumat 4 Maret 2005, Mochtar Riady mengundurkan dari jabatan komisaris utama agar bisnis keluarga tersebut berubah menjadi entitas bisnis kelembagaan yang sepenuhnya berjalan atas tuntutan profesionalisme. Pengunduran ini menandai tidak adanya lagi keluarga Riady yang duduk jajaran pimpinan LippoBank.

Mochtar Riady yang lahir di Malang, Jawa Timur 12 Mei 1929, setidaknya diakui kehandalannya sebagai filsuf bisnis Grup Lippo yang didirikannya. Di Grup Lippo ini, dia berhasil mengader James Tjahaya Riady (puteranya) dan Roy Edu Tirtadji menjadi filsuf bisnis handal juga. James dan Roy telah siap mendampingi dan melanjutkan visi bisnisnya. Mereka tampil sebagai filsuf dan pemikir sekaligus panglima yang menentukan arah bisnis semua perusahaan yang bernaung di bawah bendera Lippo, baik pada masa tenang apalagi pada masa sulit.

Masih ingat, ketika Bank Lippo di goyang rumor kalah kliring pada November 1995? Mochtar, pemilik nama Tionghoa, Lie Mo Tie, ini mampu mengatasinya dengan cepat. Dia laksana panglima perang yang dengan cerdas dan cekatan memonitor setiap perkembangan lapangan detik demi detik, serta memberikan instruksi-instruksi penting ke semua lini jajaran di bawahnya. Rumor kalah kliring itu pun dienyahkan dan bendera Bank Lippo pun makin berkibar.

Lippo Group

CARA BOENJAMIN SETIAWAN MENJADI ORANG TERKAYA KE 7 DI INDONESAI, WAJIB BACA !

Pendiri dan Komisaris Utama PT Kalbe Farma Tbk, Boenjamin Setiawan yang akrab dipanggil Dr. Boen dedikasinya bagi kemajuan industri farmasi nasional tak diragukan lagi. Tak salah bila Warta Ekonomi menobatkannya sebagai salah seorang Tokoh Bisnis Paling Berpengaruh 2005.

Bicara tentang industri farmasi nasional, sulit melupakan Boenjamin Setiawan. Kecintaannya terhadap dunia farmasi mengantarnya sebagai salah satu tokoh industrialisasi farmasi

modern nasional. Pria yang akrab disapa Dr. Boen ini tak lain adalah pendiri sekaligus pemilik PT Kalbe Farma Tbk., sebuah grup farmasi besar yang terintegrasi. Perusahaan farmasi lokal ini ditaksir memiliki aset di atas Rp5 triliun. Lengan bisnis grup ini meliputi obat-obatan, makanan kesehatan, bisnis pengepakan, distribusi, pergudangan, dan sarana riset modern.

Boen memiliki latar belakang akademis, khususnya di bidang farmakologi dan farmakinetik. Sebelum sepenuhnya menerjuni bisnis, peraih gelar dokter dari Universitas Indonesia dan Ph.D. bidang farmakologi dari University of California, AS, ini sempat beberapa tahun menjadi dosen. Sepulang dari sekolah di AS, ia banting setir, mencoba peruntungan dengan menggeluti bisnis farmasi. Tepatnya, pada 1966, cikal bakal Grup Kalbe resmi berdiri.

Keberhasilan Grup Kalbe memang tak luput dari kepemimpinan pria kalem ini. Sebagai ahli farmasi, Dr. Boen paham betul bagaimana perkembangan farmasi global. Ia terjun langsung mengembangkan jenis obat-obatan maupun makanan kesehatan Kalbe. Lompatan sukses Grup Kalbe terutama ditopang oleh kejeliannya membaca ceruk pasar dengan memproduksi dan memasarkan obat generik.

Kesuksesan Kalbe tak membuat Dr. Boen cepat berpuas diri. Kali ini ia kembali membuat gebrakan lewat langkah merger internal. Tiga perusahaan publik, Kalbe Farma, Dankos Laboratories, dan perusahaan distribusinya, PT Enseval Putera Megatrading, dilebur menjadi satu. Boleh jadi ini merupakan aksi merger internal terbesar yang pernah terjadi di bursa. Boen seperti dikutip dari swa tampak cukup cerdik meneropong perkembangan pasar. Merger ini akan memperkuat posisi Grup Kalbe di industri farmasi nasional. Mereka juga menciptakan sinergi yang kokoh antar-unit usaha untuk memperbesar pasar, di samping tentunya menghasilkan efisiensi dalam proses kegiatan usaha. Kembangkan riset Di luar itu, Kalbe juga melakukan sejumlah langkah strategis. Mereka mendirikan PT Innogene Kabiotect Pte. Ltd., sebuah perusahaan riset dan pengembangan. Kalbe juga menjalin kerja sama strategis dengan Morinaga untuk mendirikan pabrik susu dengan investasi sekitar Rp500 miliar. Dengan sejumlah terobosan inilah maka pantas jika Dr. Boen menjadi tokoh bisnis tahun ini.

Grup Kalbe Farma, yang cikal bakalnya didirikan 40 tahun lalu, berhasil menduduki peringkat pertama di pentas bisnis farmasi nasional. Inilah kisah bagaimana orang-orang pintar dan terbaik membangun kerajaan bisnis.

Orang dengan kemampuan sekomplet Boenjamin Setiawan memang langka. Ia adalah dokter lulusan fakultas kedokteran paling bergengsi di negeri ini: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Belum puas dengan predikat dokter yang waktu itu menjadi dambaan banyak orang (bayangkan, menjadi dokter di era 1950-an!), ia terbang ke Amerika Serikat dan menggondol gelar Ph.D di bidang farmakologi dari University of California, AS. Gelar Ph.D tersebut diraih tahun 1961, ketika usianya 28 tahun -- usia yang terbilang muda untuk seseorang yang berhasil meraih gelar doktor di zaman itu.

Yang membuat sosok yang akrab disapa dr. Boen itu menjadi istimewa adalah keputusannya mau bersusah-payah membangun bisnis sendiri dari nol. Padahal, dengan ijazah yang digenggamnya, apalagi di zaman awal 1960-an, dia jelas sangat leluasa memilih pekerjaan yang terpandang di masyarakat sekaligus mendatangkan banyak uang. Nyatanya, ia malah memilih mendirikan pabrik obat kecil yang tak diperhitungkan orang.

Tidak kolusi

Akan tetapi, setelah melewati proses jatuh-bangun yang menyakitkan, lewat Kalbe Farma yang cikal bakalnya didirikan tahun 1966, Boen yang berlatar belakang farmakolog dan sangat peduli perkembangan industri farmasi global akhirnya berhasil mengembangkan dan memasarkan jenis obat-obatan bermutu, meskipun hampir semua produknya masih me too. Reputasi Kalbe terkerek berkat strategi penetapan harga produk-produk obat etikal bermerek yang dipatok lumayan tinggi tapi tidak kelewatan, sehingga Kalbe tidak terlihat serakah di mata masyarakat. Bahkan, tidak sedikit orang yang melihat hal ini sebagai niat baik Kalbe untuk tidak terlalu berkolusi dengan para dokter sebagai otoritas yang sangat menentukan preferensi pembelian obat oleh masyarakat sebagai konsumen akhir.

Setelah sukses menggarap obat-obat etikal (obat dengan resep dokter), Kalbe melangkah lebih jauh dengan memproduksi obat-obat bebas (over the counter/OTC). Di sini pun Kalbe mencatat sukses. Beberapa produk yang dikembangkan bahkan berhasil menjadi raja di kategorinya. Promag, misalnya, mampu mengalahkan Mylanta yang merupakan raja obat maag dunia. Meski tak sehebat Promag, merek-merek obat OTC lain keluaran Kalbe dikenal luas oleh masyarakat, seperti obat batuk Wood's dan Neuralgin.

Dr. Boen (saat berusia 73 tahun) yang terkenal low profile di panggung bisnis, tiba-tiba bikin kejutan. Kali ini di lantai bursa: PT Kalbe Farma Tbk. mengakuisisi dua anak perusahaannya yang juga sudah tercatat di bursa, yakni PT Dankos Laboratories Tbk. dan perusahaan yang membidangi distribusi produk farmasi, PT Enseval Putera Megatrading Tbk. Langkah ini menobatkan Kalbe Farma sebagai perusahaan farmasi beromset terbesar di Indonesia (bahkan di Asia Tenggara), menyalip PT Sanbe Farma yang selama bertahun-tahun bercokol di puncak. Lebih dari itu, akuisisi ini sekaligus mengukuhkan Kalbe Farma sebagai perusahaan farmasi yang terintegrasi secara vertikal, mulai dari produksi dan pemasaran hingga penjualan dan distribusi produk-produk farmasi.

Sebetulnya, sebagai kelompok usaha farmasi, Grup Kalbe selalu menjadi yang terbesar. Sebab, di bawah payung Grup Kalbe, di samping ketiga perusahaan tersebut di atas, masih ada PT Bintang Toedjoe (produsen minuman serbuk Extra Joss) yang masuk jajaran 10 Besar Perusahaan Farmasi di Indonesia, Hexapharm (produsen obat generik), serta PT Sanghiang Perkasa yang memproduksi susu dan makanan kesehatan.

Langkah-langkah strategis dan visioner tersebut telah mengantarkan Kalbe -- baik sebagai perusahaan tunggal maupun kelompok usaha -- menjadi satu dari sedikit kelompok bisnis Indonesia yang paling siap menyongsong era AFTA yang sering didengung-dengungkan itu. Kalbe bahkan telah siap menghadapi harmonisasi pasar ASEAN yang tinggal dua tahun lagi sejak sekarang, yakni 2008.

Dari sekian banyak faktor sukses itu, salah satu ciri menonjol yang mengantarkan Kalbe berhasil menjadi nomor satu di pentas bisnis farmasi nasional seperti sekarang adalah sosok Boen sendiri. Sedari awal, Boen selalu menandaskan bahwa perusahaan farmasi harus didukung riset yang kuat. Dan ia tidak berhenti pada kata-kata, melainkan langsung mewujudkannya dengan memperkuat divisi riset dan pengembangan -- hal yang tidak mungkin dilakukan perusahaan Indonesia di era 1960-an.

Ciri menonjol lainnya, sejak dini (awal 1970-an) Boen juga menyadari bahwa jika ingin bergerak lincah dan sehat, perusahaan harus dijalankan para profesional yang andal. Andal dalam pengertian Boen adalah bahwa profesional tersebut bukan semata-mata encer otaknya, melainkan juga harus dipadu dengan sikap dan perilaku yang baik. Dalam bahasa Boen, mereka harus the brightest dan the best. Untuk mendapatkan kandidat seperti ini, Kalbe menjalin kerja sama dengan LPPM sebagai konsultan manajemennya. Kesadaran seperti ini, lagi-lagi, masih langka bagi generasi pebisnis seangkatan Boen.

Bersamaan dengan itu, Boen juga mulai berkenalan dengan konsep nilai-nilai dan budaya perusahaan, yang kemudian melahirkan lima falsafah Kalbe yang dituangkan dalam Panca Krida, juga prinsip kerja yang dirumuskan dalam konsep DJITU.

Boen, setidaknya sampai saat ini, berhasil mematahkan mitos bahwa orang dengan latar belakang pendidikan yang tinggi biasanya terlalu banyak perhitungan sehingga sering gagal jika terjun ke dunia bisnis yang sarat risiko. Boen justru membalikkan mitos itu: orang dengan latar belakang pendidikan yang bagus justru berpeluang membangun perusahaan dengan fondasi yang lebih kokoh. Boen telah membuktikan lewat dirinya sendiri.

(surabayapost.co.id)

RAHASIA SUKSES ORANG TERKAYA KE 6 DI INDONESIA, SRI PRAKASH LOHIA

Sri Prakash Lohia adalah pendiri dan ketua Indorama Corporation. Indorama Corporation adalah perusahaan petrokimia dan tekstil. Lohia lahir dan besar di India, tetapi menghabiskan sebagian besar masa hidup profesionalnya di Indonesia sejak tahun 1974. Pada tahun 2013, Forbes menempatkannya sebagai orang terkaya ke-6 di Indonesia dengan kekayaan bersih US$3 miliar.

Sri Prakash Lohia merupakan pengusaha asal India yang memiliki usaha di bidang tekstil. Ia merupakan salah satu dari pengusaha kaya yang dapat anda panuti ialah pengusaha kaya asal India yang mengubah kewarganegaraannya menjadi Indonesia. Ada banyak sekali pengusaha tekstil dari India yang mencoba untuk mengadu nasib mereka di bidang tekstil di Indonesia. Tidak sulit bagi anda jika anda tertarik untuk mengetahui perkembangan dan bagaimana cara seorang pengusaha dalam meraih kesuksesan mereka.

Berdasarkan versi majalah Forbes yang telah diluncurkan baru-baru ini, Sri Prakash Lohia merupakan salah satu nama dari orang terkaya yang ada di dunia. Hal ini merupakan suatu kejutan diluar dugaan karena sebelumnya nama ini tidak pernah masuk kedalam daftar orang terkaya di dunia. Prakash merupakan salah satu dari tujuh nama baru yang muncul di daftar orang terkaya. Pria keturunan India ini memilih untuk menjadi warga negara Indonesia dan berhasil meraih kekayaan sebesar US$2,65 dengan perusahaan Indorama. Kekayaan yang diperoleh ialah kekayaan yang semata-mata berasal dari Indorama Corporation. Ini merupakan perusahaan polyester yang pertama kali didirikan bersama dengan ayahnya yaitu, ML Lohia. Pada mulanya, Indorama mendirikan pabrik benang sekitar tahun 1976 di Indonesia dan meraih kesuksesannya.

Saat ini, Prakash telah meraih kesuksesannya melalui perusahaan Indorama. Ada beberapa produk yang ditawarkan di perusahaan ini seperti polypropylene, polyethylene, PET resin, poliested sampai sarung tangan medis. Saat ini pabrik dari perusahaan Indorama dapat dengan mudah ditemui di berbagai kota terutama di Jakarta. Dengan mengetahui sejarah singkat mengenai profil Sri Prakash Lohia maka anda dapat dengan mudah mengetahui bagaimana cara pengusaha untuk meraih kesuksesan mereka. Ada beberapa jenis perusahaan yang dinaungi oleh grup dari Indorama. Salah satu perusahaan yang menaungi ialah perusahaan pembuat tekstil yang bekerja di bawah PT Indorama Synthetics dan juga berasal dari perusahaan petrokimia.

Ada beberapa jenis bisnis yang dikerjakan oleh perusahaan Indorama. Disini mereka juga membuka usaha pembuatan benang pintal yang digawangi oleh Indorama IPLIK, Indorama Shebin, dan ISIN Lanka. Perusahaan di bidang sarung tangan yang dikelola oleh perusahaan Medisa Technologies ini melakukan beberapa jenis pengembangan bisnis. Saat ini, Indorama juga mengawangi beberapa jenis bisnis yaitu pengembangan usaha Real Estate yang bergerak di bawah naungan Indorama Real Estate

. Beberapa jenis bisnis di bidang Real Estate bermula sejak tahun 1995 dan telah meraih kejayaan mereka. Oleh karena itu setelah sukses di berbagai bidang membuat perusahaan ini semakin memiliki nama di dunia. Pada tahun 2008, perusahaan yang bernama Indorama Corp juga telah melakukan investasi ke negara lain melalui Indorama Ventura PCL yaitu salah satu polyester terintegrasi yang cukup besar di dunia dan juga telah terdaftar di Bursa Efek Thailand.

Berikut Sekilas Wawancara Sri Prakash Lohia dengan Wartawan Tempo:

Apa saja bisnis Anda hingga sekarang?

Kami mendirikan pabrik pertama di Purwakarta pada 1974. Pabrik pemintalan benang itu baru mulai berproduksi 1975 dengan sekitar 2.000 karyawan. Investasi awal adalah US$ 10 juta. Setelah itu, kami masuk ke bisnis polyester pada 1992, lalu ke polyethylene untuk bahan baku botol, seperti Coca-Cola, Pepsi, dan Aqua. Yang kami produksi adalah resin, bukan botolnya. Pada 1995, kami masuk ke bisnis packaging. Hingga sekarang bisnis packaging kami sudah tersebar di 20 negara dengan sekitar 25 ribu pegawai.

Mengapa tertarik menggeluti bisnis petrokimia?

Saat itu persaingan di Indonesia belum banyak. Di dunia juga hanya ada lima hingga enam orang yang terjun di bisnis ini. Selama masih di bawah sepuluh orang, masih bisa mengontrol dan memberi keuntungan. Tetapi, bila persaingan telah mencapai angka ratusan, akan sulit karena pasar juga terbagi-bagi.

Apakah ada rencana merambah ke sektor lain?

Tidak ada, kami ingin berfokus di bisnis yang sudah ada, yaitu industri dan produksi saja. Indorama masih memiliki proyek dan rencana lain dalam kurun waktu tiga tahun ke depan. Kami juga melakukan ekspansi hingga ke Nigeria. Awalnya Indorama mengambil alih perusahaan milik pemerintah setempat yang terbengkalai. Setelah dilakukan perbaikan, kami mencoba mengembangkan bisnisnya. Kami tidak mengambil alih pabrik yang bangkrut, tetapi perusahaan yang masih memiliki harapan.

Seberapa besar prospek pasar di Afrika?

Indorama merupakan satu-satunya produsen petrokimia di Afrika Barat dengan produksi 440 ribu ton per tahun. Perusahaan di Afrika merupakan aset yang paling menguntungkan dan paling sukses di Grup Indorama. Dari US$ 600 juta penjualan, perusahaan meraih untung sekitar US$ 300 juta (Baldwa menambahkan, Indorama akan membangun pabrik kedua di bidang urea fertilizer. Nilai investasinya US$ 1,2 miliar. Pabrik pertama dibangun pada 2006).