Senin, 08 September 2014

SUKSES MERINTIS RUMAH MAKAN PECEL LELE LELA

Rangga Umara memutuskan berhenti bekerja di kantornya di perusahaan properti Jakarta saat kebutuhan hidupnya mulai meninggi. Gaji di perusahaan properti waktu itu tiga koma. Maksudnya, setelah tanggal tiga, kantong sudah koma. Menurut dia, karyawan apapun tidak menjadikan seseorang kaya. Jadi, memiliki usaha sendiri merupakan satu-satunya jalan untuk menjadi kaya.

Ia lalu pindah haluan. Karena terbawa oleh hobinya yang doyan makan, Rangga mendirikan warung pecel lele. Pecel lele makanan khas Indonesia, mudah dijumpai, namun belum banyak yang berani tampil beda. Selama ini kebanyakan warung lele tampilannya begitu-begitu saja.

Pada 2007, Rangga membuka usaha pecel lele pertamanya di daerah Pondok Kelapa, Jakarta Timur. Modalnya didapat dari hasil menjual jam tangan, handphone, parfum, dan alat penggetar perut yang ada di rumah. Totalnya Rp 3 juta. Ia lantas menggandeng temannya yang pintar meracik bumbu.

Gerai pertamanya menempati bangunan berukuran 2×3 meter. Namanya Lele Lela. Kata ‘lela’ adalah akronim dari ‘lebih laku atau lebih laris’. Rangga punya konsep untuk mewujudkan nama itu. Tempat harus nyaman, orang datang tak sekadar makan, tapi juga menikmati suasana.

Usaha warung lele itu tidak serta merta berkembang. Pada rentang 2007-2008 Rangga mengalami periode yang berat. Ia terlilit utang kepada rentenir. Keuntungannya habis untuk membayar sewa. Enam cabang pertamanya harus ditutup. Keuangan keluarganya makin minus sampai-sampai Rangga bersama istrinya, Siti Umairah, serta anak mereka diusir keluar dari kontrakan karena tidak mampu membayar lagi.

Meski begitu Rangga tetap konsisten. Olehan lele dikembangkannya disertai standar operasi pelayanan yang dibuat unik. Misalnya, setiap pengunjung Lele Lela disambut dengan ucapan ‘selamat pagi’ dalam intonasi yang bersemangat. Setiap pengunjung yang meninggalkan gerai pun mendapat ucapan ‘terima kasih, selamat datang kembali!’

Sekarang, pria kelahiran 1979 itu mempunyai 42 cabang Lele Lela se-Indonesia dengan omset Rp 4,8 milyar per bulan. Mereka menyediakan makan gratis bagi yang sedang berulang tahun dan bagi pengunjung yang bernama Lela.

Kesuksesan Rangga rupanya bermula ketika ia menuliskan obsesi, ambisi, dan impian yang ingin diraihnya dalam sebuah buku yang ia sebut dream book. Tidak hanya menuliskan keinginan, Rangga juga menuliskan usaha untuk mencapainya serta target keuntungan. Lewat dream book itu Rangga mengumpulkan semangat dan menarik energi positif agar impiannya tercapai.

Kini, ayah dua anak tersebut sedang berupaya mewujudkan impian lain, yakni membuka cabang Lele Lela di Mekah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar