Sabtu, 30 Agustus 2014

JURUS ERICK THOHIR MENJADI ORANG TERKAYA DI INDONESIA

Sebelumnya banyak orang yang belum mengetahui pengusaha satu ini, Namanya melambung tinggi dan menjadi perbincangan kalangan pecinta sepakbola dunia ketika ia resmi membeli klub Inter Milan yang berbasis di Italia dari pemilik sebelumnya Massimo Moratti. Artikel kali ini akan membahas tentang biografi Erick Thohir. Sebelumnya ia merupakan seorang Pengusaha muda asal Indonesia dan dan menjadi sangat terkenal ketika ia menjadi pemilik klub sepakbola Inter Milan.

Erick Thohir dilahirkan pada tanggal 30 Mei 1970 di Jakarta, Indonesia. Ia terlahir dari keluarga pengusaha. Ayahnya bernama Teddy Thohir. Erick Thohir mempunya saudara bernama Boy Thohir dan seorang saudara perempuan bernama Rika. Ayahnya Teddy Thohir bersama William Soeryadjaya merupakan pemilik dari Grup Astra International. Erick Thohir menempuh pendidikan sarjananya di di Glendale University, kemudian ia melanjutkan program Masternya dalam bidang Administrasi Bisnis (Master of Business Administration) di Universitas Nasional California dan memperoleh gelar masternya pada tahun 1993. Meskipun berasal dari keluarga pengusaha, Erick Thohir tidak diperkenankan oleh ayahnya untuk mengurus usaha bisnis keluarganya.

Maka, sekembalinya ke Indonesia, Erick Thohir bersama Muhammad Lutfi, Wisnu Wardhana dan R. Harry Zulnardy, mereka kemudian mendirikan Mahaka Group. Erick Thohir tertarik dengan bisnis media maka Perusahaannya kemudian mengakuisisi harian Republika pada tahun 2001 saat itu tengah didera krisis keuangan dan berada di ambang kebangkrutan. Karena belum banyak memiliki pengalaman dalam bisnis media, maka ia kemudian belajar dari ayahnya serta kemudian mendapat bimbingan Jakob Oetama dari Kompas dan kemudian Dahlan Iskan yang merupakan bos dari Jawa Pos.

Erick Thohir kemudian menjadi Presiden Direktur PT Mahaka Media hingga 30 Juni 2008, kemudian setelah iitu ia menjabat sebagai komisioner sejak Juni 2010 hingga saat ini. Kemudian PT Mahaka Group miliknya membeli pula Harian Indonesia dan diterbitkan ulang dengan nama Sin Chew-Harian Indonesia dengan konten editorial dan pengelolaan dari Sin Chew Media Corporation Berhad yang berbasis di Kuala Lumpur, Malaysia. Media ini kemudian dikelola secara independen oleh PT Emas Dua Ribu, mitra perusahaan Mahaka.

Media. Selain itu, Erick juga menjabat sebagai Ketua Komite Konten dan Industri Aplikasi untuk Kamar Dagang Industri (KADIN).

Hingga tahun 2009, Grup Mahaka milik Erick Thohir telah berkembang di dunia media dan menguasai majalah a+, Parents Indonesia, dan Golf Digest, Sementara untuk bisnis media surat kabar, Grup Mahaka memiliki Sin Chew Indonesia dan Republika, sementara untuk Stasiun TV, Grup Mahaka Miliknya memiliki JakTV, stasiun radio GEN 98.7 FM, Prambors FM, Delta FM, dan FeMale Radio. Selain di bidang media Erick juga memiliki usaha di bidang periklanan, jual-beli tiket, serta desain situs web. Ia juga pendiri dari organisasi amal "Darma Bakti Mahaka Foundation" dan "Dompet Dhuafa Republika", serta menjadi Presiden Direktur VIVA grup dan Beyond Media.

Dibidang olahraga karena Eick sangat mencintai olah raga bola basket, maka ia mendirikan klub Bola Basket Mahaka Satria Muda Jakarta dan Mahaputri Jakarta. Ia bercita-cita menjadikan olah raga tak hanya sebagai hobi, melainkan pula sebagai lahan bisnis yang menguntungkan bagi atlet dan pemilik klub. Erick Thohir juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum PERBASI pada periode 2006 hingga 2010 dan kemudian menjabat sebagai Presiden Asosiasi Bola Basket Asia Tenggara(SEABA) selama dua kali, yaitu periode 2006 hingga 2010 dan 2010 hingga 2014. Tahun 2012 Erick dipercaya sebagai Komandan Kontingen Indonesia untuk Olimpiade London 2012.

Pada Tahun 2012, Erick Thohir bersama Levien menjadi pemilik saham mayoritas klub D.C. United, D.C yang merupakan sebuah klub sepak bola profesional asal Amerika Serikat yang berbasis di Washington, DC. Klub ini berkompetisi di Major League Soccer. Transaksi ini membuatnya dikenal sebagai orang Asia pertama yang memiliki Tim Basket NBA setelah sebelumnya ia membeli saham dari Philadelphia 76ers.

Rahasia Sukses Hary Tanoesoedibjo

Hary Tanoesoedibjo adalah seorang pengusaha dari Indonesia. Saat ini Hary memegang beberapa jabatan strategis di berbagai perusahaan terkemuka di Indonesia. Selain itu, Hary saat ini juga memegang berbagai posisi di perusahaan-perusahaan lainnya di bawah bendera Global Mediacom dan Bhakti Investama.

Ia telah berulang kali menjadi pembicara di berbagai seminar dan menjadi dosen tamu dalam bidang Keuangan Perusahaan, Investasi dan Manajemen Strategis untuk program magister di berbagai perguruan tinggi.

Pada 2011, Forbes merilis daftar orang terkaya di Indonesia, Harry menduduki peringkat ke-22 dengan total kekayaan US$ 1,19 miliar.

Karirnya tidak hanya berhenti sampai disitu, dia bahkan menjabat sebagai Bendahara Komite Olahraga Nasional Indonesia atau yang disingkat dengan KONI. Beliau melakoni semua itu dengan kemampuannya yang sangat besar. Hary memang terkenal giat dan terampil. Selain itu kecerdasannya mampu membawanya menjadi jajaran orang penting di Indonesia. Kemampuan manajemen nya yang bagus membuatnya mampu menjalankan perannya di berbagai perusahaan yang dia miliki sehingga semua perusahaan tersebut dapat berjalan dengan baik dan terorganisir.

Dari berbagai perusahaan yang beliau miliki beliau berhasil menjadi milioner yang layak diperhitungkan dan dipandang oleh kalangan pebisnis lain. Untuk itulah beliau sering dihadirkan sebagai pembicara untuk berbagai seminar untuk menyalurkan kemampuannya kepada pebisnis Indonesia yang lain. Dalam pencapaian kesuksesannya, dia memiliki empat kunci. Yakni, fokus dengan tujuan, berdoa, membangun karakter yang baik, dan disiplin untuk komitmen.

Pada Juni 2012, Hary Tanoesoedibjo diperiksa oleh KPK sehubungan dengan kasus korupsi Tommy Hindratno, pejabat pajak di Kantor Pajak Sidoarjo, dan James Gunarjo, yang diyakini terhubung dengan Bhakti Investama, perusahaan milik Hary Tanoesoedibjo. Namun, Hary menegaskan bahwa perusahaannya tidak terlibat. Menurutnya, tersangka James dan Tommy tidak berkaitan dengan PT Bhakti Investama, apalagi dirinya.

Pada 2 Juli 2013, Hary terpilih sebagai cawapres dari Partai Hanura mendampingi Wiranto. Ketua Dewan Pertimbangan Hanura ini terjun ke politik karena keprihatinan. Korupsi, penegakan hukum, pendidikan dan (penanganan) kesenjangan sosial masih lambat.

Setelah diskusi dengan Wiranto, dia mengaku punya visi dan misi yang sama membangun Indonesia sesuai potensi untuk membangun Indonesia. Untuk mengabdi kepada rakyat Indonesia agar dapat berubah menjadi lebih baik.

Sementara itu menurut Saleh Husin, Sekjen Hanura, Hary dipilih karena dia mempunyai citra yang bagus, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia.

KISAH HIDUP CHAIRUL TANJUNG SI ANAK SINGKONG

Kisah Hidup Perjalan Chairul Tanjung Si Anak Singkong telah ditulis dalam sebuah buku yang berjudul “si anak singkong” buku ini mengisahkan tentang perjalanan hidup chairul tanjung dari kecil hingga sukses seperti saat ini. Buku setebal 360 halaman yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas (PBK) ini disusun oleh wartawan Kompas Tjahja Gunawan Adiredja. Buku ini diberi kata pengantar oleh Jakob Oetama, Pendiri dan Pemimpin Umum Harian Kompas,

"Menurut saya buku ini sangatlah inspiratif dan penting sekali untuk kita baca. Penuturan cerita yang apa adanya membuat jauh dari kesan berlebihan atau mendramatisir keadaan. Berbagai kisah yang membuat saya tergetar haru dan speechless.

Buku yang merupakan kisah perjalanan hidup seorang pengusaha sukses di negeri ini. Chairul Tanjung, adalah pemilik beberapa perusahaan besar seperti stasiun televisi swasta ( Trans TV), Trans Studio, hotel, bank, dan terakhir kabarnya menjadi salah salah satu pembeli 10% saham perusahaan penerbangan papan atas Indonesia ( Garuda ) dsb dll.

Untuk menuliskan ekstrak sebuah buku setebal 384 halaman tentu tidak cukup mudah. Namun di sini saya ingin berbagi sedikit kisah yang semoga bermanfaat bagi Anda yang belum sempat membaca buku tersebut ( sejujurnya, saya berharap sahabat semua menyempatkan untuk membacanya suatu saat nanti). Maka, saya coba menuangkan beberapa kenangan masa kanak-kanak hingga masa kuliah saja, segera setelah saya selesai membacanya, hari ini.

Chairul Tanjung kecil melalui hari-hari penuh keceriaan sebagai anak pinggiran kota Metropolitan. Bermain bersama teman-teman dengan membuat pisau dari paku yang digilaskan di roda rel dekat rumahnya di Kemayoran, adalah kegiatan seru yang menyenangkan. Juga bersepeda beramai-ramai di akhir pekan ke kawasan Ancol, sambil jajan penganan murah, buah lontar.

Kelas 1 hingga kelas 2 SD sekolah diantar jemput oleh Kak Ana, seorang sanak keluarga dari Sibolga, dengan naik oplet. Selanjutnya kelas 3 SD sudah bisa pulang-pergi sekolah sendiri.

Saat usia SMP, Bapaknya ( Abdul Gafar Tanjung ) yang saat itu telah mempunyai percetakan, koran, transportasi dll gulung tikar dan dinyatakan pailit oleh pemerintah karena idealismenya yang bertentangan dengan pemerintah yang berkuasa saat itu ( Soeharto). Sang ayah adalah Ketua Partai Nasional Indonesia (PNI) Ranting Sawah Besar. Semua koran Bapaknya dibredel. Semua aset dijual hingga tak memiliki rumah satu pun. Mungkin demi gengsi, di awal-awal, Bapaknya menyewa sebuah losmen di kawasan Kramat Raya, Jakarta untuk tinggal mereka sekeluarga. Hanya satu kamar, dengan kamar mandi di luar yang kemudian dihuni 8 orang. Kedua orang tua Chairul, dan 6 orang anaknya, termasuk Chairul sendiri.

Tidak kuat terus-menerus membayar sewa losmen, mereka kemudian memutuskan pindah ke daerah Gang Abu, Batutulis. Salah satu kantong kemiskinan di Jakarta waktu itu. Rumah tersebut adalah rumah nenek Chairul, dari ibundanya, Halimah.

Ibunya adalah sosok yang jarang sekali mengeluhkan kondisi, sesulit apapun keadaan keluarga. Namun saat itu, Chairul melihat raut wajah ibunya sendu, tidak ceria dan tampak lelah. Setelah ditanya, lebih tepatnya didesak Chairul, Ibunya baru berucap : ”Kamu punya sedikit uang, Rul? Uang ibu sudah habis dan untuk belanja nanti pagi sudah tidak ada lagi. Sama sekali tidak ada”.

( Tidak diceritakan lebih jelas akhirnya mendapat solusi dari mana, namun kita bisa tahu bahwa di usia SMP, Chairul sudah menyadari bagaimana kesulitan orang tuanya, bahkan untuk makan sehari-hari. Dan Ibunya adalah sosok yang sangat tabah menjalani kerasnya kehidupan).

Setamat kuliah, Chairul berekan dengan orang lain dalam membangun sebuah pabrik sepatu. Setelah 3 bulan awal dimulainya pabrik tersebut dilalui dengan terlunta-lunta dengan tanpa pesanan. Disaat pabrik terancam bangkrut, datanglah pesanan sendal dari luar negeri sejumlah 12.000 pasang dengan estimasi 6.000 pasang dikirim awal. Dan berubahlah pabrik tersebut dari pabrik sepatu menjadi pabrik sendal. Saat melihat hasil kerja pabrik tersebut, pihak pemesan merasa tertarik dan langsung melakukan pesanan kembali bahkan mencapai angka 240.000 pasang padahal yang awalnya 12.000 pasang tadi masih 6.000 pasang yang dikirim. Mulailah pabrik tersebut berkembang. Setelah beberapa lama akhirnya Chairul memutuskan berhenti berekan dan mulai membangun bisnis dengan modal pribadi dan menjelma menjadi pengusaha yang mandiri.

Pada tahun 1994, Chairul resmi meminang gadis pujaannya yaitu Anita yang juga merupakan adik kelasnya sewaktu kuliah. Dan pada tahun 1996, Chairul memperoleh berkah yang berlimpah karena pada tahun tersebut lahirlah anak pertamanya dan bersamaan dengan diputuskannya Chairul sebagai pemilik dari Bank Mega.

Kisah Sukses Sandiaga S. Uno

Di Indonesia, relatif amat susah mencari orang sukses dalam usia yang relatif muda, setidaknya dalam usia di bawah 40 tahun. Namun demikian, diantara susahnya menemukan orang sukses tersebut, muncul milyarder muda, Sandiaga Salahuddin Uno.

Kalangan pengusaha yang tergabung dalam Hipmi (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) pasti kenal dengan sosok Sandiaga S. Uno. Dia telah lengser dari jabatan ketua umum pusat organisasi yang beranggota lebih dari 30 ribu pengusaha itu.

Sandi--demikian penyandang gelar MBA dari The George Washington University itu biasa disapa--tercatat sebagai orang terkaya ke-63 di Indonesia versi Globe Asia. Kekayaannya 245 juta dolar AS.

Sandi menyatakan tak disiapkan untuk menjadi pebisnis oleh orangtuanya. ”Orangtua lebih suka saya bekerja di perusahaan, tidak terjun langsung menjadi wirausaha,” ujar pria penggemar basket itu.

”Menjadi pengusaha itu pilihan terakhir,” akunya. Karena itulah, dia tak berpikir menjadi pengusaha seperti yang telah dilakoni selama satu dekade ini. ”Saya ini pengusaha kecelakaan,” katanya, lantas tertawa.

Kiprah bisnis Sandi kini dibentangkan lewat Grup Saratoga dan Recapital. Bisnisnya menggurita, mulai pertambangan, infrastruktur, perkebunan, hingga asuransi. Namun, dia masih punya cita-cita soal pengembangan bisnisnya. “Saya ingin masuk ke sektor consumer goods. Dalam 5-10 tahun mendatang, bisnis di sektor tersebut sangat prospektif,” katanya, optimistis.

Seorang pebisnis, kata dia, memang harus selalu berpikir jangka panjang. Bahkan, berpikir di luar koridor, berpikir apa yang tidak pernah terlintas di benak orang. “Mikir-nya memang harus jangka panjang.” Dia mencontohkan, dirinya masuk ke sektor pertambangan awal 2000. Saat itu, sektor tersebut belum marak seperti saat ini. ”Jadi, ketika sektor itu sekarang naik, kami sudah punya duluan,” ujarnya.

Sandi semula adalah pekerja kantoran. Pascalulus kuliah di The Wichita State University, Kansas, Amerika Serikat, pada 1990, Sandi mendapat kepercayaan dari perintis Grup Astra William Soeryadjaja untuk bergabung ke Bank Summa. Itulah awal Sandi terus bekerja sama dengan keluarga taipan tersebut. ”Guru saya adalah Om William (William Soeryadjaja-Red),” tutur pria kelahiran 28 Juni 1969 itu.

Bapak dua anak itu kemudian sedikit terdiam. Pandangannya dilayangkan ke luar ruang, memandangi gedung-gedung menjulang di kawasan Mega Kuningan. ”Saya masih ingat, sering didudukkan sama beliau (William Soeryadjaja-Red). Kami berdiskusi lama, bisa berjam-jam. Jiwa wirausahanya sangat tangguh,” kenangnya. William tanpa pelit membagikan ilmu bisnisnya kepada Sandi. Dia benar-benar mengingatnya karena itulah titik awal dia mengetahui kerasnya dunia bisnis.

Di Tanah Air, Sandi hanya bertahan satu setengah warsa. Dia harus kembali ke AS karena mendapat beasiswa dari bank tempatnya bekerja. Dia pun kembali duduk di bangku kuliah di George Washington University, Washington. Saat itulah, fase-fase sulit harus dia hadapi. Bank Summa ditutup. Sandi yang merasa berutang budi ikut membantu penyelesaian masalah di Bank Summa. Sandi kemudian sempat bekerja di sebuah perusahaan migas di Kanada. Dia juga bekerja di perusahaan investasi di Singapura. ”Saya memang ingin fokus di bidang yang saya tekuni semasa kuliah, yaitu pengelolaan investasi,” tuturnya.

Mapan sejenak, Sandi kembali terempas. Perusahaan tempat dia bekerja tutup. Mau tidak mau, dia kembali ke Indonesia. ”Saya berangkat dari nol. Bahkan, kembali dari luar negeri, saya masih numpang orangtua,” katanya.

Sandi mengakui, dirinya semula kaget dengan perubahan kehidupannya. ”Biasanya saya dapat gaji setiap bulan, tapi sekarang berpikir bagaimana bisa bertahan,” tutur pria kelahiran Rumbai itu. Apalagi, ketika itu krisis.

Dia kemudian menggandeng rekan sekolah semasa SMA, Rosan Roeslani, mendirikan PT Recapital Advisors. Pertautan akrabnya dengan keluarga Soeryadjaja membawa Sandi mendirikan perusahaan investasi PT Saratoga Investama Sedaya bersama anak William, Edwin Soeryadjaja. Saratoga punya saham besar di PT Adaro Energy Tbk, perusahaan batu bara terbesar kedua di Indonesia yang punya cadangan 928 juta ton batu bara.

Bisa dibilang, krisis membawa berkah bagi Sandi. ”Saya selalu yakin, setiap masalah pasti ada solusinya,” katanya. Sandi mampu ”memanfaatkan” momentum krisis untuk mengepakkan sayap bisnis. Saat itu banyak perusahaan papan atas yang tersuruk tak berdaya. Nilai aset-aset mereka pun runtuh. Perusahaan investasi yang didirikan Sandi dan kolega-koleganya segera menyusun rencana. Mereka meyakinkan investor-investor mancanegara agar mau menyuntikkan dana ke tanah air. ”Itu yang paling sulit, bagaimana meyakinkan bahwa Indonesia masih punya prospek.”

Mereka membeli perusahaan-perusahaan yang sudah di ujung tanduk itu dan berada dalam perawatan BPPN -lantas berganti PPA-. Kemudian, mereka menjual perusahaan itu kembali ketika sudah stabil dan menghasilkan keuntungan. Dari bisnis itulah, nama Sandi mencuat dan pundi-pundi rupiah dikantonginya.

Sandi terlibat dalam banyak pembelian maupun refinancing perusahaan-perusahaan. Misalnya, mengakuisisi Adaro, BTPN, hingga Hotel Grand Kemang. Dari situlah, kepakan sayap bisnis Sandi melebar hingga kini.

Kisah Sukses Bob Sadino, Memilih Miskin Sebelum Kaya

Intrepreneur sukses yang satu ini menjalani jalan hidup yang panjang dan berliku sebelum meraih sukses. Dia sempat menjadi supir taksi hingga kuli bangunan yang hanya berpenghasilan Rp100.
Penampilannya eksentrik. Bercelana pendek jins, kemeja lengan pendek yang ujung lengannya tidak dijahit, dan kerap menyelipkan cangklong di mulutnya. Ya, itulah sosok pengusaha ternama Bob Sadino, seorang entrepreneur sukses yang merintis usahanya benar-benar dari bawah dan bukan berasal dari keluarga wirausaha. Siapa sangka, pendiri dan pemilik tunggal Kem Chicks (supermarket) ini pernah menjadi sopir taksi dan kuli bangunan dengan upah harian Rp100.
Celana pendek memang menjadi “pakaian dinas” Om Bob –begitu dia biasa disapa– dalam setiap aktivitasnya. Pria kelahiran Lampung, 9 Maret 1933, yang mempunyai nama asli Bambang Mustari Sadino, hampir tidak pernah melewatkan penampilan ini. Baik ketika santai, mengisi seminar entrepreneur, maupun bertemu pejabat pemerintah seperti presiden. Aneh, namun itulah Bob Sadino.
“Keanehan” juga terlihat dari perjalanan hidupnya. Kemapanan yang diterimanya pernah dianggap sebagai hal yang membosankan yang harus ditinggalkan. Anak bungsu dari keluarga berkecukupan ini mungkin tidak akan menjadi seorang entrepreneur yang menjadi rujukan semua orang seperti sekarang jika dulu tidak memilih untuk menjadi “orang miskin”.
Sewaktu orangtuanya meninggal, Bob yang kala itu berusia 19 tahun mewarisi seluruh hartake kayaan keluarganya karena semua saudara kandungnya kala itu sudah dianggap hidup mapan. Bob kemudian menghabiskan sebagian hartanya untuk berkeliling dunia. Dalam perjalanannya itu, ia singgah di Belanda dan menetap selama kurang lebih sembilan tahun. Di sana, ia bekerja di Djakarta Lylod di kota Amsterdam, Belanda, juga di Hamburg, Jerman. Di Eropa ini dia bertemu Soelami Soejoed yang kemudian menjadi istrinya.
Sebelumnya dia sempat bekerja di Unilever Indonesia. Namun, hidup dengan tanpa tantangan baginya merupakan hal yang membosankan. Ketika semua sudah pasti didapat dan sumbernya ada menjadikannya tidak lagi menarik. “Dengan besaran gaji waktu itu kerja di Eropa, ya enaklah kerja di sana. Siang kerja, malamnya pesta dan dansa. Begitu-begitu saja, terus menikmati hidup,” tulis Bob Sadino dalam bukunya Bob Sadino: Mereka Bilang Saya Gila.
Pada 1967, Bob dan keluarga kembali ke Indonesia. Kala itu dia membawa serta dua mobil Mercedes miliknya. Satu mobil dijual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan. Setelah beberapa lama tinggal dan hidup di Indonesia, Bob memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya karena ia memiliki tekad untuk bekerja secara mandiri. Satu mobil Mercedes yang tersisa dijadikan “senjata” pertama oleh Bob yang memilih menjalani profesi sebagai sopir taksi gelap. Tetapi, kecelakaan membuatnya tidak berdaya. Mobilnya hancur tanpa bisa diperbaiki.
Setelah itu Bob beralih pekerjaan menjadi kuli bangunan. Gajinya ketika itu hanya Rp100. Ia pun sempat mengalami depresi akibat tekanan hidup yang dialaminya. Bob merasakan bagaimana pahitnya menghadapi hidup tanpa memiliki uang. Untuk membeli beras saja dia kesulitan. Karena itu, dia memilih untuk tidak merokok. Jika dia membeli rokok, besok keluarganya tidak akan mampu membeli beras.
“Kalau kamu masih merokok, malam ini besok kita tidak bisa membeli beras,” ucap istrinya memperingati.
Kondisi tersebut ternyata diketahui teman-temannya di Eropa. Mereka prihatin. Bagaimana Bob yang dulu hidup mapan dalam menikmati hidup harus terpuruk dalam kemiskinan. Keprihatinan juga datang dari saudara-saudaranya. Mereka menawarkan berbagai bantuan agar Bob bisa keluar dari keadaan tersebut. Namun, Bob menolaknya.
Dia sempat depresi, tetapi bukan berarti harus menyerah. Baginya, kondisi tersebut adalah tantangan yang harus dihadapi. Menyerah berarti sebuah kegagalan. “Mungkin waktu itu saya anggap tantangan. Ternyata ketika saya tidak punya uang dan saya punya keluarga, saya bisa merasakan kekuatan sebagai orang miskin. Itu tantangan, powerfull. Seperti magma yang sedang bergejolak di dalam gunung berapi,” papar Bob.
Jalan terang mulai terbuka ketika seorang teman menyarankan Bob memelihara dan berbisnis telur ayam negeri untuk melawan depresinya. Pada awal berjualan, Bob bersama istrinya hanya menjual telur beberapa kilogram. Akhirnya dia tertarik mengembangkan usaha peternakan ayam. Ketika itu, di Indonesia, ayam kampung masih mendominasi pasar. Bob-lah yang pertama kali memperkenalkan ayam negeri beserta telurnya ke Indonesia. Bob menjual telur-telurnya dari pintu ke pintu. Padahal saat itu telur ayam negeri belum populer di Indonesia sehingga barang dagangannya tersebut hanya dibeli ekspatriat-ekspatriat yang tinggal di daerah Kemang.
Ketika bisnis telur ayam terus berkembang Bob melanjutkan usahanya dengan berjualan daging ayam. Kini Bob mempunyai PT Kem Foods (pabrik sosis dan daging). Bob juga kini memiliki usaha agrobisnis dengan sistem hidroponik di bawah PT Kem Farms. Pergaulan Bob dengan ekspatriat rupanya menjadi salah satu kunci sukses. Ekspatriat merupakan salah satu konsumen inti dari supermarketnya, Kem Chick. Daerah Kemang pun kini identik dengan Bob Sadino.
“Kalau saja saya terima bantuan kakak-kakak saya waktu itu, mungkin saya tidak bisa bicara seperti ini kepada Anda. Mungkin saja Kemstick tidak akan pernah ada,” ujar Bob.
Pengalaman hidup Bob yang panjang dan berliku menjadikan dirinya sebagai salah satu ikon entrepreneur Indonesia. Kemauan keras, tidak takut risiko, dan berani menjadi miskin merupakan hal-hal yang tidak dipisahkan dari resepnya dalam menjalani tantangan hidup. Menjadi seorang entrepreneur menurutnya harus bersentuhan langsung dengan realitas, tidak hanya berteori.
Karena itu, menurutnya, menjadi sarjana saja tidak cukup untuk melakukan berbagai hal karena dunia akademik tanpa praktik hanya membuat orang menjadi sekadar tahu dan belum beranjak pada taraf bisa. “Kita punya ratusan ribu sarjana yang menghidupi dirinya sendiri saja tidak mampu, apalagi menghidupi orang lain,” jelas Bob.
Bob membuat rumusan kesuksesan dengan membagi dalam empat hal yaitu tahu, bisa, terampil, dan ahli.
“Tahu” merupakan hal yang ada di dunia kampus, di sana banyak diajarkan berbagai hal namun tidak menjamin mereka bisa. Sedangkan “bisa” ada di dalam masyarakat. Mereka bisa melakukan sesuatu ketika terbiasa dengan mencoba berbagai hal walaupun awalnya tidak bisa sama sekali. Sedangkan “terampil” adalah perpaduan keduanya. Dalam hal ini orang bisa melakukan hal dengan kesalahan yang sangat sedikit. Sementara “ahli” menurut Bob tidak jauh berbeda dengan terampil. Namun, predikat “ahli” harus mendapatkan pengakuan dari orang lain, tidak hanya klaim pribadi. Sumber : http://pemudakayaraya.wordpress.com/

PENGALAMAN GURU TERBAIK

Ingin sukses ? belajar pada orang sukses. Tak ada cara terbaik dari pada belajar dari pengalaman. Baik pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain. Di sini kita bisa saling belajar tentang kesuksesan orang sukses. Ambil saripati pengalamannya, pola pikir serta keberaniannya memperjuangkan impian.

Sukses bisa dipelajari. Sukses juga hak semua orang. Jadi tak ada alasan untuk sukses, karena sukses itu sendiri merupakan sesuatu yang PASTI TERJADI pada orang yang mau menerapkan PRINSIP-PRINSIP SUKSES.

Tak banyak berkata, mari kita sama-sama belajar dari orang sukses. Tips dibawah ini akan mengajarkan pada kita, beberapa kebiasaan sukses. 

“Buat hari anda sebuah mahakarya.” Itulah nasihat yang didapatkan John Wooden dari ayahnya, Joshua Wooden. Ia memasukkan nasihat ini ke dalam hatinya: ia kemudian menjadi salah satu pembicara dan trainer terhebat yang pernah ada.
Tentu saja, itu tidak mudah untuk membuat hari kita sebuah mahakarya. Tapi setidaknya kita bisa membuat hari kita menjadi produktif.
Bagaimana kita bisa melakukan hal tersebut?
Berdasarkan pengalaman, berikut adalah lima cara untuk memiliki hari yang produktif:

1. Memiliki rutinitas pagi yang baik.
Cara anda memulai hari anda hanya ada 2: membuatnya atau menghancurkannya. Jika anda memulai dengan baik, kemungkinan hari anda akan menjadi baik pula. Namun jika anda tidak melakukannya, maka hari anda mungkin tidak sebaik seperti yang seharusnya. Itulah mengapa anda perlu memiliki rutinitas pagi. Rutinitas pagi mempersiapkan anda selama satu hari penuh.
Rutinitas pagi yang baik harus memiliki unsur-unsur berikut ini:

√ Waktu untuk berefleksi
Ini adalah waktu yang anda habiskan untuk mendapatkan kejelasan atas hidup Anda. Di sini anda akan menata ulang pikiran anda dan berpikir tentang kemana hidup anda akan dibawa. Kejelasan yang anda dapatkan akan membantu anda membuat keputusan sepanjang hari. Refleksi ini bisa mengambil banyak bentuk, salah satu contohnya adalah doa.

√ Olahraga
Olahraga dapat memberikan dorongan energi. Sebagai hasilnya, anda akan dapat berpikir lebih jernih dan meraih lebih banyak hasil sepanjang hari. Anda juga akan mampu mempertahankan antusiasme anda.
√ Perencanaan
Kapasitas anda terbatas; anda hanya dapat melakukan beberapa hal dengan baik dalam sehari. Itulah mengapa penting bagi anda untuk melakukan perencanaan dan memprioritaskan tugas-tugas anda. Di sinilah kejelasan memainkan peran: itu akan membantu anda memprioritaskan cara yang benar, karena anda mengetahui mana yang penting dan mana yang tidak. Dibanding hanya mengikuti arus, anda mengetahui apa yang terbaik untuk anda.

2. Fokus
Setelah menyelesaikan rutinitas pagi anda, berikutnya anda bersiap untuk melakukan tugas-tugas dan kegiatan-kegiatan anda. Salah satu kunci untuk menyelesaikan hal-hal tersebut adalah fokus pada tugas di tangan. Jangan sampai anda terganggu oleh hal lain karena hanya akan membuat anda mengambil lebih banyak waktu dan energi untuk menyelesaikan tugas.
Gunakanlah alat bantu seperti timer untuk membuat anda tetap fokus. Setiap kali timer berjalan, anda harus bekerja pada tugas. Jika anda akan beralih ke sesuatu yang lain, anda harus menghentikan timer. Hal ini membuat kecil kemungkinan untuk anda terganggu karena anda harus sadar menghentikan timer untuk beralih ke sesuatu yang lain.

3. Ambil istirahat
Anda tidak bisa terus berada di puncak setiap saat sepanjang hari. Ada saat dimana energi anda berada pada level yang rendah. Perperbaharui energi anda dengan mengambil istirahat. Winston Churchill, misalnya, memiliki kebiasaan tidur siang.

4. Rayakan kemenangan
Untuk memiliki hari yang produktif, anda perlu menjaga motivasi anda tetap tinggi. Salah satu cara yang baik untuk melakukannya adalah merayakan kemenangan-kemenangan anda. Ini bisa dimulai dengan cara yang sangat sederhana seperti menghapus/mencoret tugas yang sudah diselesaikan dari daftar rencana anda, atau anda bisa membuat jurnal di mana anda mencatat prestasi-prestasi anda. Dalam kasus apapun, melihat seberapa jauh anda telah melangkah akan memotivasi anda untuk pergi lebih jauh.

5. Meningkatkan kualitas dari waktu dengan intensitas rendah
Beberapa kegiatan tidak memerlukan konsentrasi penuh. Untuk kegiatan tersebut, anda dapat meningkatkan kualitas waktunya sambil memberi makan pikiran anda. Waktu olahraga, misalnya, adalah saat yang tepat untuk mendengarkan podcasts atau audio books.